,

Iklan

Sensasi Keindahan Gua Rangko

Redaksi
16 Jul 2022, 10:25 WIB Last Updated 2024-08-15T11:19:51Z

Labuan Bajo - Perjuangan ekstra menaklukkan medan menuju lokasi Gua Rangko yang berada di Pulau Gusung, Labuan Bajo, terbayar dengan sensasi keindahan alam sang Pencipta.

Ada sejumlah daerah di Indonesia yang memiliki objek wisata petualangan berupa penelusuran gua dengan kolam alami berair jernih di dalamnya. Salah satunya adalah Gua Rangko, salah satu objek wisata alam di Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Letaknya berada di ujung utara dari Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat tersebut.

Menuju ke sana, dapat dicapai dengan berkendara selama satu jam melalui jalur darat dengan jalan yang sudah beraspal, meskipun beberapa tempat kondisi sedikit berbatu.

Gua ini masuk wilayah administrasi Desa Rangko, Kecamatan Boleng. Kendati demikian, letak persis dari gua ini justru tidak menyatu dengan daratan Pulau Flores. Lebih tepatnya terpisah oleh perairan Tanjung Boleng. Gua unik tersebut berada di Pulau Gusung. Begitu memasuki kawasan pantai di Desa Rangko dan berniat menuju Gua Rangko, bisa memanfaatkan jasa perahu kayu bermesin milik penduduk setempat.

Umumnya warga menyewakan kapal mereka untuk satu paket perjalanan, pergi dan pulang, dengan harga sewa sebesar Rp300 ribu. Kalau dirasa masih kemahalan, tak perlu khawatir karena kita bisa menawarnya. Agar biaya tersebut bisa lebih ringan, maka sebaiknya memakai kapal dilakukan dalam rombongan minimal delapan orang, tergantung dari kapasitas angkut kapal. Dari dermaga Desa Rangko menuju Pulau Gusung dapat dicapai dalam 30 menit perjalanan laut dengan kondisi ombak yang tenang.

Pulau Gusung yang tak berpenghuni, selain menjadi lokasi Gua Rangko, juga memiliki keindahan terumbu karang alami dan dangkal hingga 100 meter dari bibir pantai. Air lautnya pun masih sangat jernih.

Selain memanfaatkan jalur darat dari pusat kota memasuki Desa Rangko sebelum menuju Gua Rangko, kita juga bisa langsung menyewa kapal di Pelabuhan Labuan Bajo. Jarak tempuhnya paling cepat 50 menit hingga 70 menit menuju Pulau Gusung. Namun tentu saja sewa kapalnya lebih mahal dibandingkan naik dari dermaga Desa Rangko.

Setibanya di kawasan Pulau Gusung, kita akan disambut oleh dermaga kayu yang dilengkapi titian sepanjang 200 meter menuju bibir pantai. Hati-hati ya, saat melewati titian selebar 1,5 meter ini, terlebih usai diguyur hujan karena lantai kayunya licin. Jadi, buat yang memakai alas kaki bersol karet atau memakai sandal jepit, harap perhatikan benar langkahnya.

Nah, dari atas titian kayu ini, sambil berjalan kita bisa menatap pemandangan bawah laut yang indah tepat di bawah jembatan. Gugusan terumbu karang dangkal di kedalaman satu meter tersaji memanjakan mata. Beragam ikan hias berenang bebas dan dapat kita nikmati dengan mata telanjang berkat jernihnya air laut yang biru.

Sebelum meneruskan perjalanan melewati bibir pantai, tepatnya di ujung dari jembatan kayu, kita akan melewati sebuah bangunan kayu yang berfungsi sebagai pos penjaga dan loket retribusi. Setiap pengunjung akan dikenai biaya retribusi sebesar Rp20.000 untuk sekali masuk.

Perjuangan menuju perut bumi Pulau Gusung belum berhenti sampai di situ saja. Kita masih harus menaklukkan jalur setapak sejauh hampir 500 meter sebelum tiba di mulut gua. Trek setapaknya sedikit terjal dan licin, terutama usai diguyur hujan, maka jalan berubah menjadi berlumpur dan jika tidak awas melangkahkan kaki bisa terpeleset dan terantuk batu karang.

Setibanya di mulut gua, kembali kita diuji nyali. Yaitu melewati titian berupa tangga kayu yang licin untuk turun ke dasar gua yang berbatu sedikit tajam dan licin karena ditumbuhi lumut. Tak perlu terburu-buru untuk menaklukkan tiap anak tangga kayu, harap perhatikan benar kaki ketika menjejak hingga pijakan menyentuh lantai dasar gua.

Perjuangan menaklukkan medan terjal dan menantang segera berakhir begitu kita melangkahkan kaki hanya beberapa meter menjauh dari tangga. Di hadapan kita, di antara batu-batu stalaktit yang berbaris menggantung di langit-langit gua, kita bisa melihat pantulan riak air terkena sinar mentari yang terefleksi pada dinding gua.

Itulah lokasi sesungguhnya dari kolam renang alam karya agung Sang Pencipta di dalam Gua Rangko. Air kolamnya sangat jernih hingga membuat bebatuan stalagmit yang berada di dasar kolam terlihat sangat jelas. Apalagi jika ditimpa pendaran sinar matahari hingga dasar kolam di kedalaman empat meter. Satu kata, indah. 

Uniknya, kendati kolam ini berada di dalam gua tetapi rasa airnya asin karena berasal dari air laut yang masuk ke dalam gua melalui celah-celah sempit bebatuan. Saat akan masuk ke dalam kolam dan berenang, harap berhati-hati melangkahkan kaki karena batu-batuan cadas di pinggiran kolam sangat licin. Begitu juga saat sedang berenang, tetap berhati-hati agar anggota badan tidak terkena batuan cadas dan tajam di sekitar kolam dan dikhawatirkan akan melukai kita.

Saat sudah puas berenang di kolam alam dan sekiranya waktu masih cukup, segera keluar dari gua dan lanjutkan dengan snorkeling di perairan dangkal Pulau Gusung. Sambil menikmati pemandangan koleksi terumbu karang serta kejernihan air dan ikut menyaksikan ikan-ikan hias berenang dengan bebas di sekitar terumbu karang, jadi hal lain yang memanjakan perasaan.

Sedikit tips agar liburan di Pulau Gusung dan Gua Rangko tetap menyenangkan dan tidak mengganggu mood kita. Jangan lupa menyiapkan perbekalan yang cukup. Karena selain tidak ada warung makan di lokasi objek wisata, kita juga sedikit sulit mendapatkan air bersih termasuk untuk minum.

Kemudian persiapkan pakaian yang simple, termasuk baju ganti serta kantong plastik untuk pakaian basah yang dipakai berenang. Bawa juga alat penerangan, misalnya, senter atau lampu minyak.

Gunakan alas kaki yang nyaman agar tidak mengganggu perjalanan. Jangan lupa membawa obat merah atau antiseptik untuk mengobati luka sekiranya terbentur karang. Bawa juga obat nyamuk lotion karena di sekitar lingkungan gua banyak sekali nyamuk.

Waktu terbaik mengunjungi gua unik ini sebaiknya sebelum pukul 15.00 ketika matahari masih tinggi agar tidak kemalaman keluar dari Pulau Gusung karena selain tidak ada penginapan, lokasi ini sangat gelap saat malam. Terakhir, tetap dijaga protokol kesehatan agar terhindar dari penyebaran virus corona.

Penulis: Anton Setiawan