Malang - Direktur Solusi dan Advokasi Institut (SA Institut), Suparji Ahmad menyayangkan adanya kerusuhan pasca pertandingan Arema Malang dan Persebaya. Ia menegaskan bahwa peristiwa ini adalah salah satu bentuk tragedi di dunia sepak bola.
"Ini tragedi dan ironi yang patut disayangkan, karena ratusan orang harus menjadi korban terkait pertandingan olahraga. Peristiwa tersebut adalah duka yang mendalam bagi bangsa. Olahraga yang seharusnya bisa menjadi hiburan dan sarana persatuan, tapi justru terjadi tragedi," katanya dalam keterangan persnya.
Untuk langkah awal, ia menegaskan bahwa aparat penegak hukum tak bisa tinggal diam pasca tragedi tersebut. Suparji mendorong adanya tim investigasi untuk membuat terang benderang perkara.
"Perlu dibentuk tim investigasi independen untuk membuat terang benderang tragedi Kanjuruhan. Tim investigasi juga bisa berperan untuk mengusut siapa yang harus bertanggung jawab akibat peristiwa nahas ini," jelasnya.
Ia menyebutkan bahwa Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) perlu menghentikan sementara kompetisi sepak bola. Hal ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi.
Baca Juga : 179 Suporter dan Polisi Meninggal Dunia Dalam Tragedi Derbi Jatim
"Hentikan kompetisi terlebih dahulu untuk evaluasi dan refleksi. Mengapa peristiwa ini bisa terjadi, bagaimana penanggulangan kericuhan, perbaikan kualitas suporter, perlu agaknya memang ada evaluasi total," tegasnya.
Di sisi lain, para stake holder perlu membuat aturan khusus mengantisipasi setiap kericuhan di dunia olahraga. Tragedi Kanjuruhan ini bisa menjadi langkah awal pembentukan peraturan agar mencegah peristiwa serupa.
"Harus segera dibuat regulasi yang jelas untuk mencegah terjadinya kerusuhan dan korban suporter. Misalnya perlu adanya sanksi tegas bagi setiap suporter yang terlibat kericuhan, jangan sampai gelanggang olahraga harus ternodai dengan kejadian semisal," pungkasnya.