Dalam penjelasannya, Win Rizal menguraikan distribusi ekspor melalui beberapa pelabuhan. Pada bulan Mei 2024, nilai ekspor Bengkulu yang melalui Pelabuhan Pulau Baai mencapai US$ 7,29 juta atau 78,36 persen dari total ekspor.
"Sementara itu, ekspor melalui Pelabuhan Boom Baru di Sumatera Selatan mencapai US$ 1,43 juta atau 15,31 persen. Melalui Pelabuhan Bengkulu sendiri tercatat sebesar US$ 0,39 juta atau 4,20 persen, melalui Tanjung Priok sebesar US$ 0,19 juta atau 2,05 persen, dan melalui Soekarno Hatta sebesar US$ 7,46 ribu atau 0,08 persen," papar Win Rizal.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa sejak bulan September 2021 hingga Mei 2024, tidak ada impor barang ke Provinsi Bengkulu. Hal ini menjadikan neraca perdagangan Provinsi Bengkulu pada bulan Mei 2024 tetap surplus sebesar US$ 9,31 juta. Namun, surplus ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan neraca perdagangan pada bulan Mei 2023 yang mencapai US$ 34,88 juta.
Win Rizal menambahkan bahwa penurunan nilai ekspor ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. "Kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penurunan ini dan mencari solusi untuk meningkatkan kembali nilai ekspor kita. Kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi tantangan ini," tutupnya.
Dengan adanya penurunan yang signifikan ini, diharapkan langkah-langkah strategis dapat segera diambil untuk memperbaiki kinerja ekspor Provinsi Bengkulu di masa mendatang.